Manusia sebagai makhluk sosial memiliki
fungsi dalam membentuk interaksi antar-persona. Interaksi ini menuntut adanya
hubungan timbal-balik yang biasanya tampak pada percakapan sehari-hari. Hal ini
dilakukan sebagai upaya dalam pemeliharaan hubungan sosial di masyarakat. Oleh
karena itu, kegiatan bicara menjadi suatu hal yang sangat penting untuk
mendukung fungsi sosial dari manusia itu sendiri.
Kegiatan bicara merupakan sebuah bentuk
wacana lisan yang di dalamnya terdapat tindak tutur. Dengan kata lain, kegiatan
bicara adalah wujud nyata dari pelaksanaan tindak tutur. Wacana atau discourse merupakan satuan bahasa yang
paling besar dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan. Dalam wacana tulis,
proses komunikasi antara penutur dan petutur (mitra tutur) tidak terjadi secara
langsung. Berbeda halnya dengan wacana lisan yang melibatkan penutur dan
petutur secara langsung. Dalam wacana lisan, tuturan sangat dipengaruhi oleh
konteks. Oleh karena itu, wacana lisan lebih bersifat temporer yang fana,
artinya setelah diucapkan langsung hilang sehingga penafsirannya harus
melibatkan konteks ketika tuturan itu diujarkan. (Arifin dan Rani, 2000: 4).
Dalam kehidupan sehari-hari tindak tutur dapat
ditampilkan secara bervariasi. Dengan kata lain, sebuah wacana tidak hanya
dibentuk oleh satu tindak tutur saja, melainkan
dapat divariasikan dengan tindak tutur yang lainnya. Tindak tutur dapat dinyatakan sebagai satuan
terkecil dari komunikasi bahasa yang memiliki fungsi dengan memperlihatkan
gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya bergantung pada
kemampuan penutur dalam menghasilkan suatu kalimat sesuai dengan kondisinya.
Tindak tutur dalam sebuah wacana
merupakan penentu makna dari wacana itu sendiri. Akan tetapi, makna sebuah
wacana tidak ditentukan oleh satu-satunya tindak tutur. Austin (dalam Arifin dan Rani, 2000: 138)
mengklasifikasikan tindak tutur menjadi tiga macam yaitu tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi
(perlocutionary act). Akan tetapi,
tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin ini masih terlalu abstrak dan belum
memberikan taksonomi yang jelas (Jumadi, 2005: 43). Oleh karena itu, Searle
mengembangkan ide-ide Austin agar teori tindak tutur menjadi lebih konkret.
Pada awalnya Searle membagi tindak tutur menjadi empat jenis yaitu tindak
bertutur (utterance acts), tindak
proposisional (propositional acts),
tindak ilokusi (illocutionary acts),
dan tindak perlokusi (perlocutionary acts).
Namun dalam perkembangannya, Searle lebih memusatkan teori tindak tutur pada
tindak ilokusi. Ia membagi teori tindak
tutur menjadi lima jenis yang meliputi representatif/asertif,
direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.
Pengklasifikasian tindak tutur ini didasarkan pada fungsi pada masing-masing
tindak tutur itu sendiri.
Pada ragam bahasa informal tindak tutur
dapat pula digunakan secara bervariasi sesuai dengan pertimbangan pada komponennya.
Komponen itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hymes (Chaer dan Agustina,
1995: 62) meliputi setting and scene
(situasi yang bagaimana), participants
(siapa berbicara dengan siapa), ends
(dengan tujuan apa), act sequences
(bentuk dan isi ujaran yang bagaimana), key
(nada, cara, dan semangat yang seperti apa), instrumentalities (mengacu pada jalur apa), norm of interaction and interpretation (aturan apa yang digunakan),
dan genres (ragam bahasa yang mana).
Pertimbangan-pertimbangan ini dapat menjadi pijakan dalam pemilihan tindak
tutur yang tepat sehingga komunikatif dan efektif saat digunakan terutama dalam
interaksi belajar-mengajar di ruang perkuliahan.
Penelitian mengenai tindak tutur ini
sebenarnya sudah banyak dilakukan. Penelitian itu diantaranya Memahami Al-Quran dengan Pendekatan
Pragmatik Tindak Tutur (Ainin, 2002: 218-232) yang menemukan adanya
‘keterbatasan’ dalam memahami wacana, khususnya ayat-ayat Al-Quran. Hal ini
disebabkan oleh pengabaian terhadap tindak lokusi. Penelitian lainnya adalah Tindak Bahasa Guru SMU Negeri 1 Sampang
dalam Interaksi Belajar-Mengajar Bahasa Indonesia (Yasin, 1997). Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya perpindahan dari satu tindak bahasa ke tindak
bahasa yang lain sehingga interaksi belajar-mengajar menjadi lebih komunikatif.
Berdasarkan uraian sebelumnya, tulisan
ini akan mengemukakan bahasan mengenai 1) wacana, 2) tindak tutur, dan 3)
penerapan tindak tutur dalam ragam informal.
B. Metode
Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis analisis
wacana. Stubbs (dalam Arifin dan Rani, 2000:8) mengungkapkan bahwa analisis
wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang
digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan penggunaan tindak tutur dalam ragam informal yang melibatkan
komunikasi interaktif yang terjadi di dalam rumah tangga. Adapun untuk mencapai
tujuan itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode yang berusaha menggambarkan sesuatu yang
terjadi dan mengaitkannya dengan variabel-variabel yang telah ditentukan.
Penelitian ini dideskripsikan melalui
pendekatan kualitatif yang sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif.
Permasalahan yang masih belum jelas, holistik, kompleks, dinamis, dan penuh
makna menyebabkan perlunya menggunakan pendekatan kualitatif. Ini dilakukan
karena data pada situasi sosial tidak mungkin dijaring melalui pendekatan
penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti kuesioner.
Wacana
Wacana merupakan padanan dari discourse. Pada mulanya wacana dalam bahasa Indonesia hanya
mengacu pada bahan bacaan, percakapan, dan tuturan. Di buku-buku pelajaran
bahasa Indonesia kata wacana
digunakan sebagai kata umum. Akan tetapi, istilah wacana ini ternyata mempunyai
acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan. Arifin dan Rani (2000: 3) menyatakan
wacana sebagai satuan paling besar yang digunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa
di bawahnya berturut-turut adalah kalimat, frasa, kata, dan bunyi.
Cook (dalam Arifin dan Rani, 2000: 4)
menyatakan wacana sebagai penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik lisan maupun
tulisan. Wacana sebagai penggunaan bahasa lisan dinyatakan dalam bentuk
tuturan. Tuturan merupakan kalimat yang diucapkan secara lisan. Tuturan ini
sangat dipengaruhi oleh konteks ketika tuturan tersebut diucapkan. Sedangkan
wacana sebagai penggunaan bahasa tulis diwujudkan dalam teks yang berisikan
rangkaian proposisi sebagai hasil ungkapan dari ide atau gagasan. Proses komunikasi pada wacana tulis tidak
terjadi secara langsung atau berhadapan. Penutur (penulis) menuangkan ide atau
gagasannya dalam kode-kode kebahasaan dalam bentuk kalimat-kalimat. Rangkaian
kalimat itu nantinya akan ditafsirkan mitra tutur (pembaca).
Wacana merupakan teks yang pada
dasarnya merupakan satuan dari makna. Oleh karena itu, teks harus dipandang
dari dua sudut secara bersamaan yaitu sebagai produk dan hasil. Teks sebagai
produk merupakan keluaran (output),
sesuatu yang dapat diremak atau dipelajari karena mempunyai susunan tertentu
dan dapat diungkapkan dengan peristilahan yang sistemik. Sedangkan teks sebagai
proses dinyatakan dalam arti bahwa teks tersebut memiliki proses pemilihan
makna yang terus-menerus, suatu perubahan melalui jaringan makna, dengan setiap
perangkat lebih lanjut.
Tabel: Lima
Fungsi Umum Tindak Tutur
Tindak Tutur
|
Arah Kesesuaian
|
S=penutur
X=situasi
|
Representatif
Komisif
Direktif
Ekspresif
Deklaratif
|
membuat kata-kata sesuai dengan dunia
membuat dunia sesuai dengan kata-kata
membuat dunia sesuai dengan kata-kata
membuat kata-kata sesuai dengan dunia
kata-kata mengubah dunia
|
S percaya X
S memaksudkan X
S ingin X
S merasa X
S menyebabkan X
|
Penerapan
Tindak Tutur dalam Ragam Informal
Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat
merupakan penentu makna kalimat itu. Namun, makna suatu kalimat tidak
ditentukan oleh satu-satunya tindak tutur seperti yang berlaku dalam kalimat
yang sedang diujarkan itu, tetapi selalu dalam prinsip adanya kemungkinan untuk
menyatakan secara tepat apa yang dimaksud oleh penuturnya. Oleh karena itu,
mungkin sekali dalam setiap tindak tutur penutur menuturkan kalimat yang unik
karena adanya usaha untuk menyesuaikan dengan konteksnya. Tindak tutur dapat
dikatakan sebagai satuan terkecil dari komunikasi bahasa yang memiliki fungsi
dengan memperlihatkan gejala individual, bersifat psikologis, dan
keberlangsungannya tergantung pada kemampuan penutur dalam menghasilkan suatu
kalimat dengan kondisi tertentu.
Tindak tutur pada ragam informal
biasanya penggunaan bahasanya lebih santai, akrab, adanya campuran dengan
bahasa daerah yang lebih dominan dalam komunikasi, dan penggunaan bahasa saat
interaksi itu tidak terlalu menuntut kesantunan bahasa yang berlebihan apalagi
jika penutur dan petutur berada dalam satu tingkatan yang sama, baik usia,
tingkat dalam keluarga, tingkat ekonomi, maupun tingkat jabatan. Selain itu,
pelanggaran terhadap kesantunan bahasa yang digunakan bukan berarti pelanggaran
terhadap norma sosial yang berlaku. Hal ini lebih dilatar-belakangi oleh
tingkat keakraban dalam interaksi yang sedang berlangsung.
Contohnya:
(1)Kakak : Ada
pensil kada?
(ada
pensil tidak?)
Adik : Ada
ai di warung.
(ada di
warung).
Kakak : Kejauhan,
adingku ai.
(terlalu jauh,
adikku).
Adik : Sini
nah ulun tendang, pasti sampai tu.
(Mari, aku
tendang, pasti sampai)
Sepintas percakapan (1) di atas tidak memiliki kesantunan
dalam bahasa karena seorang adik terkesan tidak sopan dengan kakaknya.
Seharusnya, seorang adik saat ditanya oleh kakaknya diharapkan dapat menjawab
sesuai dengan pertanyaan. Namun, dalam wacana di atas adik tidak melakukan hal
yang seharusnya dilakukan dalam santun berbahasa. Akan tetapi, hal ini tidak
ditandai oleh kakak sebagai suatu yang tidak pantas diucapkan adiknya sebab
kedekatan antara kakak dan adik telah menghilangkan perbedaan tingkatan di
keluarga. Selain itu, percakapan ini dimaksudkan untuk lebih mengakrabkan
hubungan dengan komunikasi yang santai.
Searle membagi tindak tutur berdasarkan
fungsi pragmatis bahasa yang meliputi tindak tutur representatif atau asertif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif,
tindak tutur ekspresif, dan tindak
tutur deklaratif.
a.
Tindak Tutur
Representatif
Tindak tutur representatif
merupakan salah satu tindak untuk menyampaikan proposisi yang benar dengan apa
adanya untuk memperoleh respons sebagai balasan terhadap apa yang diinginkan
penutur. Yang termasuk dalam tindak ini adalah tindak memberi informasi,
memberi izin, permintaan ketegasan maksud tuturan, saran, memberi izin,
keluhan, dan lainnya.
Penggunaan tindak tutur representatif
diilustrasikan oleh penutur yang meyakini kebenaran terhadap apa yang
diyakininya. Dengan kata lain, tindak representatif dalam ragam informal
menyebabkan penutur membuat kata-katanya sesuai dengan dunia (keyakinan).
Contoh dialog interaktif ragam informal yang termasuk
tindak tutur representatif yaitu:
(2)Linda : Slam,
di mana ikam menyimpan file-ku malam
tadi?
(Slam, di
mana kamu menyimpan file-ku malam
tadi?)
Aslam : Buka pang di History. Soalnya malam tadi langsung aku save-kan. Nama file-nya Punya AA PLN. Kalo kadida jua, berelaan
ai.
(Coba buka History. Karena, malam tadi langsung
disimpan. Nama file-nya Punya AA PLN.
Jika tidak ada relakan saja.)
Linda : Bujur-bujur nah. Hari ini handak
mahadap ke bos!
(Yang
benar. Hari ini mau menemui bos!)
Aslam : Dasar bujur kakaku ai. Buka dulu History, ada kada file yang namanya Punya AA
PLN? Mana pernah sih ading pian nih badusta, palingan sesekali za.
(Memang
benar kakakku. Buka dulu Hostory, ada tidak file
yang namanya Punya AA PLN? Mana pernah adikmu ini berbohong, hanya sesekali
saja.)
Linda : Biar
sesekali, tapi kalau dikumpulkan jadi berkali-kali adingku ai. Badusta itu dosa, banyak ruginya. Eh, file-nya sudah dapat. Lain kali kalo
handak manyimpanakan, namanya yang keren pang. Makasih banyak ya.
(Meski
sesekali, tapi kalau dikumpulkan jadi berkali-kali adikku. Berbohong itu dosa,
banyak ruginya. Eh, file-nya sudah
ketemu. Lain kali kalau mau menyimpankan, namanya yang keren ya. Terima kasih
banyak.)
Aslam : Inggih,
terima kasih jua nasihatnya lah, tapi jangan kada ingat kaina tagihannya
masukan ja ke rekening ulun.
(Ya, terima
kasih juga nasihatny, tapi jangan lupa, nanti tagihannya dimasukkan saja ke
rekening saya.)
Dialog (2) merupakan contoh tindak
tutur representatif dalam bentuk pemberian informasi, permintaan ketegasan
maksud, dan saran. Informasi diberikan karena Linda menanyakan sesuatu yang
menyebabkan Aslam menjawab pertanyaan itu dengan memberikan informasi yang
jelas yaitu dengan meminta Linda untuk membuka program History kemudian mencari file
yang bernama Punya AA PLN. Informasi
ini awalnya diragukan oleh Linda sehingga Linda meminta ketegasan “Bujur-bujur
nah” yang kemudian direspon Aslam dengan menegaskan informasinya “Dasar bujur
kakaku ai” dan mengulang informasi sebelumnya kepada Linda. Pada dialog itu
Linda juga memberikan saran kepada Aslam untuk tidak berbohong meski itu hanya
sekali karena berbohong itu merupakan dosa dan dapat merugikan. Dalam tuturan
ini baik Linda maupun Aslam sama-sama memberikan tuturan sesuai dengan
kebenaran yang diyakininya.
Adapun contoh tindak tutur
representatif yang lainnya yaitu dalam bentuk pemberian izin dapat
diilustrasikan dalam dialog (3).
(3) Febry : Ni,
wadai siapa di kulkas? Ulun minta lah?
(Nek,
kue siapa di lemari es? Saya minta ya?)
Nenek : Ambil ha sabuting! Padahi wan acil kam,
wadai tu di kulkas, ambil kaina habis!
(Ambil
saja satu! Beritahu tante kamu, ada kue di lemari es, ambil saja nanti habis.)
Dialog (3) menggambarkan tindak tutur
representatif yang terdapat dalam bentuk pemberian izin “Ambil ha sabuting”.
Izin diberikan nenek untuk mengambil kuenya karena Febry (cucu) menanyakan
kepunyaan kue yang ada di lemari es dan ia menginginkan kue tersebut.
Sebenarnya pertanyaan yang diajukan oleh Febry tidak memperoleh jawaban secara
langsung dari nenek karena Febry menanyakan pemilik kue dan minta izin untuk
memakannya. Akan tetapi, jawaban yang berisikan pemberian izin dari nenek
“Ambil ha sabuting” telah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Febry karena
maksud dari pertanyaan Febry itu sebenarnya adalah permintaan izin. Dengan
diberinya izin, Febry menjadi tahu bahwa pemilik kue itu adalah nenek. Dan yang
bisa memberikan izin hanya nenek. Dalam hal ini, nenek telah memberikan
proposisi yang benar yaitu membuat kata-katanya sesuai dengan dunia
(keyakinan).
b.
Tindak Tutur
Komisif
Tindak tutur komisif merupakan tindak
tutur yang memiliki fungsi untuk mendorong
penutur melakukan sesuatu sesuai dengan komitmennya yang telah
ditetapkannya dalam melakukan tindakan tertentu di masa yang akan datang. Yang
termasuk dalam tindak komisif itu
sendiri adalah bersumpah, berjanji, dan mengajukan usulan.
Contoh tindak tutur yang menyatakan janji.
(4) Aya : Teganya, kalau
aku diculik kiapa? Iih ha, tapi janji lah jangan padahi awan Nisa-nya!
(Teganya,
kalau aku diculik, bagaimana? Baiklah, tapi janji ya jangan beritahu Nisa)
Aslam : Iih aku janji nah. Janji dua jari, peace.
(Iya, aku
janji. Janji dua jari, peace)
Aya : Kadonya, HP
Nokia.
Dialog (4) berisikan tindak tutur
komisif dalam bentuk berjanji. Dalam
hal ini, Aya mendorong Aslam untuk melakukan apa yang diinginkannya yaitu
berjanji. Dan Aslam pun akhirnya mengikuti apa yang diinginkan aya yaitu
berjanji tidak akan memberitahukan Nisa isi kado buatnya, “Iih, aku janji nah”.
Janji yang ditetapkan Aslam itu akan membuatnya berkomitmen terhadap apa yang
dilakukannya pada masa yang akan datang.
c.
Tindak Tutur
Direktif
Tindak tutur direktif merupakan tindak
tutur yang mengekspresikan maksud penutur dalam bentuk perintah atau permintaan
untuk menghasilkan efek melalui suatu tindakan pada mitra tuturnya. Wujud
tindak tutur direktif ini dapat berupa perintah, suruhan, permintaan
(permohonan), saran.
(5) Aslam : Aya, padahi kada? Kalau kada mau
madahi, kada kuantarkan lagi kuliah nah?
(Aya,
beritahu tidak? Kalau tidak memberitahu, tidak akan kuantarkan lagi kuliah?)
Aya : Napa, kada
dipadahi kaka Linda kah?
(Ada
apa, tidak diberitahu kakak Linda ya?)
Dialog (5) mengilustrasikan adanya
tindak tutur dalam wujud perintah. Perintah dilakukan oleh Aslam pada Aya untuk
memberitahukan sesuatu yang ingin diketahuinya. Pada dialog ini Aslam berusaha
membuat Aya memberitahukan hal yang ingin diketahuinya itu, “Aya, padahi kada”.
Selain tindak tutur direktif dalam
bentuk perintah, juga terdapat tindak tutur direktif dalam bentuk permintaan.
Tindak tutur ini dapat diilustrasikan pada dialog (6).
(6)Ayah : Nak, ketikakan pang surat abah ini!
Terserah kam ja, kapankah kalau kada hauran.
(Nak,
tikan surat Ayah ini! Terserah, kapan saja jika kamu tidak sibuk).
Aslam : Maaf
Bah lah, ulun lagi manggawi TA (tugas akhir) isuk ada dosennya. Kecuali isuk ja
kawa ai pas sudah datang dari kampus.
(Maaf
Yah, saya lagi mengerjakan TA, besok ada dosennya. Kecuali besok bisa saja
setelah dari kampus)
Pada dialog (6) Ayah menggunakan tindak
tutur direktif dalam bentuk permintaan. Ayah meminta Aslam untuk mengetikan
surat, “Slam, ketikakan pang surat abah ini!”. Tindak tutur direktif dalam
bentuk permintaan ini mendorong Aslam melakukan apa yang diminta oleh Ayah,
meski tidak langsung memenuhi permintaan tersebut, “Maaf Bah lah, ulun lagi
manggawi TA (tugas akhir) isuk ada dosennya. Kecuali isuk ja kawa ai pas sudah
datang dari kampus”.
Tindak tutur direktif dalam bentuk
saran juga dapat diilustrasikan dalam dialog (7) berikut ini.
(7) Aya : Mengambil hadiah di bank esok ja gin,
selajuran mengurus SKCK di Poltabes. Pas pambulikannya talewati lho?
(Mengambil
hadiah di bank esok saja ya, sekalian mengurus SKCK di Poltabes. Pulangnya kan
melewati?)
Aslam : Lihati
ai dulu lah, jadwal konserku padat banar nah. Hehehe. Jam berapa tulaknya?
(Lihat
dulu ya, jadwal konserku padat sekali. Hehehe. Jam berapa berangkatnya?)
Pada dialog (7) Aya memberikan saran
pada Aslam untuk menghemat waktu dalam melakukan dua kegiatan sekaligus yaitu
mengambil hadiah di bank dan mengurus SKCK di Poltabes. Saran ini kemudian
diterima oleh Aslam dengan pertanyaan, “Jam berapa tulaknya?”.
Tindak tutur direktif ragam informal
dalam dialog yang terjadi di rumah tangga memperlihatkan bentuk-bentuk seperti
perintah, permintaan, dan saran. Ketiga bentuk dari tindak tutur direktif ini
digunakan oleh penutur dalam usahanya untuk membuat dunia sesuai dengan
kata-katanya.
d.
Tindak Tutur
Ekspresif
Tindak tutur ekspresif adalah tindak
tutur yang berkaitan dengan ekspresi sikap psikologis penutur terhadap petutur
sehubungan dengan keadaan tertentu. Tindak tutur ini dapat berupa tindak untuk
meminta maaf, humor, memuji, basa-basi, berterima kasih, dan lainnya sebagai
pernyataan rasa senang, sedih, marah, dan benci.
Contoh tindak ekspresif dalam bentuk permintaan maaf
dapat diilustrasikan pada dialog (8)
(8)Ayah : Nak, ketikakan
pang surat abah ini! Terserah kam ja, kapankah kalau kada hauran.
(Nak,
tikan surat Ayah ini! Terserah, kapan saja jika kamu tidak sibuk).
Aslam : Maaf Bah lah, ulun lagi manggawi TA
(tugas akhir) isuk ada dosennya. Kecuali isuk ja kawa ai pas sudah datang dari
kampus.
(Maaf
Yah, saya lagi mengerjakan TA, besok ada dosennya. Kecuali besok bisa saja
setelah dari kampus)
Dialog (8) mengilustrasikan tindak
tutur ekspresif dalam bentuk permintaan maaf yang dituturkan oleh Aslam sebagai
respons terhadap permintaan Ayah. Pada situasi ini, Aslam membuat kata-kata
yang dituturkannya sesuai dengan dunia (perasaan) yaitu ketidakmampuannya untuk
membantu Ayah mengetikan surat saat itu juga kecuali di hari yang lain.
Selain tindak tutur ekspresif dalam
bentuk permintaan maaf, juga terdapat dalam bentuk memuji dan humor melalui
ekspresi senang. Ekspresi ini membuat interaksi dalam komunikasi semakin akrab.
Tindak ekspresi ini diilustrasikan dalam dialog (9)
(9)Ayah : Manggawi apa nak?
(Mengerjakan
apa Nak?)
Aslam : Ma-edit
foto pian awan mama. Bagus lah Bah?
(Mengedit
foto Ayah dengan Ibu. Bagus ya, Yah?)
Ayah : Uma ai bagusnya! Diapai foto abah wan
mama ikam jadi kawa masuk ke komputer?
(Wah,
bagusnya! Diapakan foto Ayah dengan Ibu kamu jadi bisa masuk ke komputer?)
Linda : Fotonya
dimasukkan ke dalam komputer pakai kunci bule, Bah ai. Makanya pian mancari-cari
kunci bule kada sing dapatan lho?
(Fotonya
dimasukkan ke dalam komputer pakai kunci bule, Yah. Oleh karena itu, Ayah
mencari-cari kunci bule tidak bertemu kan?)
Aslam : Dasar
jua nih, wan abah kaitu lah? Dustainya Bah ai. Ulun me-scan di rental.
(Dasar,
dengan ayah seperti itu ya? Bohong Yah. Saya me-scan di rental.
Ayah : Munyak
jua buhan kam badua nih. Lihati tu nah Aya ranai-ranai ja kada abut.
(Dasar
kalian berdua ini. Coba lihat Aya santai-santai saja, tidak ribut)
Aslam : Mulai
tadi takurihing ja. Walkman tu pang di talinga tarus, mudahan ja kada talilit.
Uy urangnya Assalammualaikum?
(Sedari
tadi tersenyum saja. Walkman itulah yang
di telinga terus, mudahan tidak terlilit. Hei orang, Assalamualaikum?)
Aya : Waalaikumsalam, lalui
ja cil ai.
(Waalaikumsalam,
lewati saja Bi).
Tindak tutur ekspresif dalam bentuk pujian dari Ayah (penutur)
kepada Aslam (petutur) terlihat dari ilustrasi dialog (9). Pujian tersebut
diilustrasikan dalam tuturan, Uma ai bagusnya!” melalui ekspresi senang dari
penutur kepada petutur. Selain itu, dalam interaksi komunikasi itu juga
disisipkan lelucon (humor) yang menyebabkan suasana menjadi bertambah akrab dan
menyenangkan. Ekspresi yang dilakukan dalam tuturan merupakan ekspresi dari
perasaan penuturnya saat itu. Dengan kata lain, penutur membuat kata-kata
sesuai dengan dunia (perasaan).
e.
Tindak Tutur
Deklaratif
Tindak tutur deklaratif adalah tindak
tutur yang menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang sebenarnya.
Penggunaan tindak tutur deklaratif ini dilakukan oleh penutur untuk mengubah
dunia melalui kata-katanya. Tindak tutur deklaratif dapat dilihat pada tindak
menghukum, menetapkan, memecat, dan memberi nama. Akan tetapi, dalam dialog
interaktif ragam informal yang dilakukan dalam situasi santai di rumah tangga
tidak ditemui adanya tindak tutur deklaratif.
Simpulan
Tindak tutur dapat dikatakan sebagai
satuan terkecil dari komunikasi bahasa yang memiliki fungsi dengan
memperlihatkan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya
tergantung pada kemampuan penutur dalam menghasilkan suatu kalimat dengan
kondisi tertentu. Pada wacana interaktif ragam informal yang berlangsung di
rumah tangga dalam keadaan santai terdapat tindak tutur seperti tindak tutur
representatif atau asertif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, dan
tindak tutur ekspresif. Akan tetapi tindak tutur deklaratif tidak ditemukan di
dalam interaksi komunikasi ragam santai ini. Ini disebabkan situasi yang santai
tidak mendukung dilakukannya tindak tutur deklaratif saat itu.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama: Ayu nia maulita
BalasHapusNim: A1B114008
Kelompok 1 fonologi
Diatas dijelaskan, ada tindak tutur pada ragam informal. maksudnya bagaimana dan contohnya seperti apa? terimakasih.
Tindak tutur pada ragam informal biasanya penggunaan bahasanya lebih santai, akrab, adanya campuran dengan bahasa daerah yang lebih dominan dalam komunikasi, dan penggunaan bahasa saat interaksi itu tidak terlalu menuntut kesantunan bahasa yang berlebihan apalagi jika penutur dan petutur berada dalam satu tingkatan yang sama, baik usia, tingkat dalam keluarga, tingkat ekonomi, maupun tingkat jabatan
Hapus(1)Kakak : Ada pensil kada?
(ada pensil tidak?)
Adik : Ada ai di warung.
(ada di warung).
Kakak : Kejauhan, adingku ai.
(terlalu jauh, adikku).
Adik : Sini nah ulun tendang, pasti sampai tu.
(Mari, aku tendang, pasti sampai)
tindak tuturmeliputi tindak tutur representatif atau asertif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklaratif.
Nama : Nurul Hidayah
BalasHapusNIM : A1B114092
Kelompok 1 fonologi
saya ingin bertanya dari semua postingan yang anda muat ada yang memuat tentang wacana jadi apakah ada kaitannya antara wacana dengan pragmatik?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusterima kasih atas jawaban anda
Hapuswacana merupakan bangun semantis yg terbentuk dari hubungan semantis antar satuan bahasa secara padu dan terikat pada konteks.
Hapuskarena wacana juga terikat pada konteks maka terjadi tumpang tindih dengan pragmatik yg sama sama terikat konteks. contoh yg saya baca pada bab wacana sama saja dengan contoh pada bab pragmatik itu sendiri. demikian yg dapat saya jelaskan, mungkin kelompok selanjutnya dapat menjawab pertanyaan anda dengan lebih rinci. terima kasih sudah bertanya.
NAMA: NIKEN INDAH WARDANI
BalasHapusNIM:A1B114085
KELOMPOK 5 WACANA
Saya ingin bertanya bagaimana bentuk tutur representatif atau asertif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklaratif. dalam kehidupan sehari-hari? terimakasih
apabila kelompok kami tidak salah memaknai pertanyaan anda, anda meminta kami menjelaskan dan mencontohkan tindak tutur secara informal,jika begitu maksud pertanyaan anda, maka akan kami berikan jawaban berikut :
HapusTindak tutur representatif merupakan salah satu tindak untuk menyampaikan proposisi yang benar dengan apa adanya untuk memperoleh respons sebagai balasan terhadap apa yang diinginkan penutur. contohnya pada percakapan dengan maksud memberi informasi, memberi izin, permintaan ketegasan maksud tuturan, saran, memberi izin, keluhan,
HapusTindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang memiliki fungsi untuk mendorong penutur melakukan sesuatu sesuai dengan komitmennya yang telah ditetapkannya dalam melakukan tindakan tertentu di masa yang akan datang. contohnya pada percakapan yg menyatakan bersumpah, berjanji, dan mengajukan usulan.
HapusTindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang mengekspresikan maksud penutur dalam bentuk perintah atau permintaan untuk menghasilkan efek melalui suatu tindakan pada mitra tuturnya. contohnya pada percakapan yang berupa perintah, suruhan, permintaan (permohonan), saran.
HapusTindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berkaitan dengan ekspresi sikap psikologis penutur terhadap petutur sehubungan dengan keadaan tertentu. contohnya pada percakapan untuk meminta maaf, humor, memuji, basa-basi, berterima kasih, dan lainnya sebagai pernyataan rasa senang, sedih, marah, dan benci.
HapusTindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang sebenarnya. Penggunaan tindak tutur deklaratif ini dilakukan oleh penutur untuk mengubah dunia melalui kata-katanya. contohnya pada percakapan yg dengan maksud menghukum, menetapkan, memecat, dan memberi nama.
HapusNama : Rido Ansyori
BalasHapusNIM : A1B114094
Kelompok 2 morfologi
Saya ingin betanya tolong sebutkan perbeda'an pragmatik dengan semantik,dan berikan 2 contohnya ? terimakasih
pertanyaan yg serupa dengan anda sudah banyak kami jelaskan pada BAB I perbedaan semantik dan pragmatik
BalasHapusSemantik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan dua segi (dyadic), sedangkan pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi (triadic).Semantik sebagai salah satu cabang (linguistik mengkaji makna bahasa (linguistic meaning, linguistic sense) secara internal, sedangkan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna penutur (speaker meaning, speaker sense) yang bersifat eksternal Semantik adalah telaah makna kalimat (sentence), sedangkan pragmatik adalah telaah makna tuturan (utterance). pragmatik akan selalu berhubungan dengan penutur dan makna yang dipengaruhi oleh situasi. Oleh karenanya sebuah tuturan bisa memiliki makna yang berbeda dari makna secara semantis. Hal itu berarti bahwa makna dalam pragmatik bersifat eksternal karena dipengaruhi oleh konteks, sedangkan makna dalam semantik bersifat internal. Konteks yang dimaksud adalah ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat, dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat dalam tindakan mengutarakan kalimatsemantik bersifat komplementer yang berarti bahwa studi tentang penggunaan bahasa dilakukan baik sebagai bagian terpisah dari sistem formal bahasa maupun sebagai bagian yang melengkapinyaSEMATIK akan BERHUBUNGAN dengan PENUTUR dan MAKNA. sedangkan pragmatik akan selalu BERHUBUNGAN dengan PENUTUR dan MAKNA yang DIPENGARUHI OLEH SITUASI. Oleh karenanya sebuah tuturan bisa memiliki makna yang berbeda dari makna secara semantis.
BalasHapuscontoh kalimat
Hapus"anda terlihat sangat tampan"
makna yg di kaji dengan pragmatik
1)lelaki itu memang terlihat tampan
2)telaki itu sebenarnya jelek, tapi disindir dengan kata tampan
dikaji dengan semantik, makna nya memang benar lelaki itu tampan