Kamis, 30 Oktober 2014

(SOAL DARI IBU) Perbedaan kata ulang berimbuhan dengan kata ulang sebagian ?




     a.  Kata ulang sebagian
Merupakan pengulangan yang dilakukan atas suku kata pertama dari sebuah kata. Dalam pengulangan jenis ini, vocal suku kata pertama di ganti dengan vocal e pepet. Contoh kata-kata yang mengalami pengulangan sebagian besar antara lain.
Tetangga – leluhur – lelaki
Laki-laki→lalaki→lelaki
Sama-sama→sasama→sesama
Tangga-tangga→tatangga→tetangga

     b.  Kata ulang berimbuhan
Bentuk pengulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan, akhiran, atau gabungan tumbuhan sebelum atau sesudah kata dasarnya dari ulang.
Berlari-lari
Bermain-main
Menari-nari
Hormat-menghormati
Bunga-bungaan
Kekanak-kanakan


 



(SOAL DARI IBU) Sebutkan jenis jenis kata ulang ? beserta contohnya



Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang terjadi karena proses reduplikasi atau pengulangan kata.
Jenis Kata Ulang
1.       Dwipurwa ( kata ulang sebagian )
Reduplikasi atas suku kata awal. Vocal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser keposisi tengah menjadi “e” pepet. Dengan kata lain pengulangan kata hanya terjadi pada suku awal kata dasar.
Contoh: lelaki, tetua, seseorang,tetangga, leluhur, leluasa.
2.       Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh)
Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar ( bisa kata dasar maupun kata berimbuhan ).
Contoh: rumah – rumah,anak-anak, jalan-jalan, makan-makan.
3.       Dwilingga salin suara ( berubah bunyi )
Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satu mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Atau kata ualang yang mengalami perubahan bunyi pada akhir kata pengulangan.
Contoh: sayur mayor, bolak balik, gerak gerik.
4.       Kata ulang berimbuhan.
Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua.
Contoh: bermain-main, Tarik-menarik.
5.       Kata ulang semu.
Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi.
Contoh: laba-laba, kupu-kupu, ubur-ubur.
Rujukan
Keraf, Gorys.1991. tata Bahasa rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

(SOAL DARI IBU) Perbedaan frasa dan kata majemuk ? beserta contohnya



Pengertian frasa
Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Cook,1971:91 Elson and pickett, 1969: 73) atau tidak melampaui batas subjek atau predikat (Ramlan, 1976 : 50): dengan kata lain : sifatnya tidak predikatif.
Venhaer (2001)menjelaskan bahwa frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang.
Kentjono (1990) mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk klausa.
Keraf (1991) menyatakan bahwa frasa merupakan suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan.
Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Gabungan ini dapat rapat, dapar renggang.
Parcra (1994) yang memberi batasan frasa sebagai suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih baik dadal bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak.
Chaer (1998) menyatakan bahwa frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek, predikat,objek, atau keterangan)

Ciri cira frasa
Sesuai dengan definisi-definisi yang dikemukakan para ahli, maka dapat mengidentifikasi frasa sebagai suatu satuan atau konstruksi yang berciri : (i) terdiri atas dua kata atau lebih yang berhubungan dan membentuk suatu kesatuan, (ii)tidak bersifat predikatif, (iii) tidak berciri klausa, (iv) merupakan unsur pembentuk klausa, dan (v) menempati salah satu unsur atau fungsi dalam kalimat.
Selain itu, ciri atau kriteria lain yang dapat dipakai untuk menandai frasa yakni dengan menggunakan kriteria unsur supragmental berupa intonasi. Unsur supregmental yang dipakai adalah jeda.
Frasa memiliki dua sifat yaitu :
a.       Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b.      Frasa merupakan satauan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Maksudnya frasa itu selain terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O,PDL, atau KET.
Ciri frasa ada tiga yaitu :
a.       Tidak mempunyai predikat (nonpredikatif).
b.      Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom.

Perbedaan Frasa
Frasa tidak boleh mengandung predikat karena kelompok kata yang mengandung predikat akan membentuk klausa. Bahkan dapat membentuk kalimat. Yang dimaksud dengan predikat adalah kata atau kelompok kata yang menerangkan peerbuatan/tindakan atau sifat dari subjek(pelaku).
Dalam contoh di bawah ini pada kolom kata berpredikat dengan mudah diketahui adanya unsur perbuatan atau aksi, walaupun subjeknya tidak dicantumkan. Kelompok kata yang mengandung predikat adalah klausa, sedangkan kelompok kata yang tidak mengandung predikat adalah frase.
Kata majemuk
Kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Di damping itu, ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya. Misalnya, daya tahan, lempar lembing, da nada pula yang terdiri dari pokok kata semua, misalnya lomab lari, jual beli,simpanpinjam, dan lain lain.
Para penulis tat Bahasa sangat memerhatikan aspek ortografinya memerikan ciri bahwa yang disebut kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua bagian tetapi ditulis serangkai seperti, matahari, hulubalang, daripada, dan peribahasa.
Para tata Bahasa struktur. Datang dengan konsep bahwa kedua unsur kata majemuk tidak bisa dipisahkan dengan unsur lain dan tidak bisa dipisahkan dengan unsur lain dan tidak bisa dibalik susunannya.Umpamanya bentuk mata sapi dalam arti telur yang digoreng tanpa dihancurkan adalah sebuah kata majemuk sebab tidak bisa dipisah misalnya menjadi matanya sapi atau mata dari sapi atau tidak bisa dibalikkan menjadi sapi mata.
Pembicaraan tentang verba majemuk dimulai dengan dibedakannya verba majemuk dengan bentuk yang mirip yang disebut idiom. Baik verba majemuk maupun idiom sama sama dibentuk dengan cara menggabungkan kata dengan kata. Bedanya, kalau makna verba majemuk secara langsung masih bisa ditelusuri dari makna komponen komponennya, sedangkan idiom tidak bisa. Maka maknanya.
Verba majemuk       : A+B bermakna  AB
Idiom                            : A+B bermakna C
Misalnya, terrjung paying adalah sebuah verba majemuk karena maknanya yaitu melakukan terjun dengan memakai alat semacam paying. Jadi, masih ada hubungannya dengan makna terjun dan kata paying. Sedangkan naik darah dalam arti menjadi sangat marah adalah sebuah idiom sebab maknanya tidak bisa ditelusuri dari kata naik dan kata darah.
Ciri kedua verba majemuk adalah urutan komponen komponennya tidak bisa dipertukarkan karena keduanya sudah tampak sangat erat. Jadi bentuk pada kolom sebelah kiri adalah verba majemuk sedangkan disebelah kanan bukan.
Temu wicara
Wicara temu
Tatap muka
Muka tatap

Kedua komponen tidak dapat dipisahkan oleh kata lain. Misalnya, bentuk temu wicara, siap tempur, tatap muka tidak bisa dijadikan, misalnya temu untuk wicara, siap guna tempur, tatap dengan muka. Ciri ini bersandar pada teori strukturalis (keraf,1991).
Perbedaan verba majemuk dengan frasa verbal. Hubungan antarkata dalam frasa verbal majemuk bukan. Perhatikan kolom sebelah kanan adalah frasa verbal
Terjun payung
Sudah terjun
Temu wicara
Bertemu untuk bicara
Berdasarkan bentuknya verba majemuk dibagi menjadi tiga yaitu (i) verba majemuk dasar (ii) verba majemuk berafik,(iii) verba majemuk berulang. Sedangkan menurut hubungan komponen-komponen dibedakan atas (1) verba majemuk setara,(2) verba majemuk bertingkat.
Pembicaraan mengenai adjektiva majemuk tidak di awali dengan apa yang dimaksuddengan konsep adjektiva majemuk melainkan langsung mengatakan adjektiva majemuk ada yang berupa gabungan morfem bebas atau lebih.contoh adjektiva majemuk yang berupa morfem terikat dan morfem bebas antara lain :
Antarbangsa
Interlokal
Contoh berupa gabungan morfem bebas dengan morfem bebas yaitu :
Besar kepala
Gagal total
Pembicaraan tentang nomina bahwa kriteria dipakai untuk
Majemuk diawali dengan penjelasan bahwa kriteria yang dipakai untuk menentukan nomina majemuk sama dengan yang digunakan untuk menentukan verba majemuk. Pertama, perlu dibedakan dulu antara nomina majemuk dengan nomina idiom. Makna nomina majemuk dapat ditelusuri secara langsung dengan kata-kata yang digabungkan sedangkan nomina idiom tidak dapat. Misalnya bentuk unjuk rasa adalah nomina majemuk sebab maknanya dapat ditelusuri dari kata unjuk dan kata rasa. Sedangkan kaki tangan adalah sebuah nomina idiom sebab maknanya tidak dapat ditelusuri dari makna kata kakai dan kata tangan. Kedua, urutan kata pada nomina majemuk telah menyatu sehingga tidak bisa dipertukarkan tempatnya. Berbeda dengan frasa nominal yang urutan katanya mengikuti akidah

Selasa, 21 Oktober 2014

(SOAL DARI IBU) bagaimana implementasi pembelajaran fonologi bagi mahasiswa, jelaskan dengan disertai contoh ?



Implementasi Pembelajaran Fonologi bagi Mahasiswa
Ilmu fonologi dapat di implementasikan untuk penyusunan makalah dan skripsi. Fonologi bukan hanya untuk menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk tulisan atau huruf, tetapi juga bagaimana menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata,  frasa, klausa, dan kalimat hal ini tentu membuat fonologi sangat penting untuk di kuasai mahasiswa, karena dengan fonologi mahasiswa dapat mengembangkan ide-ide yang ia ucapkan ke dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan makna yang ingin ia sampaikan.
Bahasa lisan dan bahasa tulis tentulah sangat berbeda, bahasa lisan lebih mudah dimengerti oleh lawan bicara dikarenakan pemenggalan kalimat yang langsung ia ucapkan, dibandingkan dengan bahasa tulis yang maknanya ganda. Fonologi lisan bermanfaat dalam hal pemenggalan suku kata, misalnya pada saat melakukan analisis binari. Dengan adanya fonologi kita dapat mengetahui makna dari lawan bicara dengan mengatur pemenggalan kata dengan ucapan yang benar. Contoh fonologi lisan : Buku sejarah baru, buku//sejarah baru, artinya buku yang memuat tentang sejarah baru,buku sejarah//baru, artinya buku sejarah yang baru dibelinya
Pada bahasa tulis, fonologi juga berfungsi dalam hal pemenggalan suku kata di dalam sebuah teks. Pemenggalan suku kata biasanya dapat terjadi karena berpindah baris yang disebabkan oleh ruang untuk kata tersebut tidak cukup atau telah habis, sehingga harus berpindah ke baris setelahnya. Contohnya pada saat melakukan pemenggalan kata pada sebuah paragraph di ujung baris.kata  Bapak, menjadi Ba-pak
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fenom (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berfungsi untuk menunjukan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antara bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang beberapa aspek. Tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan tulisan.
Penyingkatan kata dan frasa tidak hanya dilakukan dalam berkomunikasi langsung, namun juga dalam komunikasi tidak langung. Misalnya, melalui handphone, seseorang bisa mengirimkan pesan kepada sahabatnya dengan menggunakan singkatan kata dan frasa, seperti met mlm, cpt, GPL. Kata met berasal dari kata selamat, sedangkan kata mlm berasal dari kata malam, cpt berasal dari katacepat, dan singkatan GPL berasal dari frasa nggak pake lama.
Contoh lain :
Gw benci banget ama loe!
Ciyus?
Contoh diatas merupakan salah satu penyingkatan kata dan frasa dalam berbahasa. Gw berasal dari gue yang merupakan bahasa betawi, sedangkan benci merupakan singkatan dari frasa benar-benar cinta dan ama berasal dari kata sama, loe berasal dari bahasa betawi, serta ciyus berasal dari kata serius.
Pemaparan di atas merupakan penyingkatan kata dan frasa dalam bahasa gaul yang digunakan oleh banyak remaja di Tanah Air,  namun tidak hanya remaja yang menggunakan dan memproduksi singkatan-singkatan kata dan frasa, bahkan orang dewasa dan anak-anak pun menggunakan singkatan bahasa tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari jejaring sosial seperti facebook, twitter, friendster, dan iklan di televisi pun menggunakan singkatan tersebut.  Lalu, terbersit dibenak kita apa sebenarnya singkatan itu? Bagaimanakah proses-proses peyingkatan itu? Kemudian, bagaimanakah efek singkatan-singkatan yang telah terbentuk terhadap perkembangan bahasa Indonesia?
Pertama, kita maknai dulu apa itu singkatan?
Menurut Kridalaksana (1996:162), singkatan merupakan salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti:
UNP (Universitas Negeri Padang),DKI (Daerah Khusus Ibukota), dan KKN (Kuliah Kerja Nyata);
Adapun jenis-jensi singkatan, yaitu sebagai berikut.
1.      Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan nada titik, misalnya: Prof. Dr. Harris Efendi Thahar, M.Pd.
2.      Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya, MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat).
3.      Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Akan tetapi, singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masing-masing huruf. Misalnya, s.d. (sampai dengan).
4.      Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak diikuti tanda titik, misalnya: kg (kilogram).
Akibat dari pemenggalan kata berpengaruh terhadap bahasa Indonesia
Kita harus mengingat kembali akan sumpah pemuda, yang salah satu intinya “Berbahasa satu bahasa Indonesia”.  Memang kita masih menggunakan bahasa Indonesia walaupun disingkat penggunaannya. Seandainya, kegiatan penyingkatan bahasa ini terus mendarah daging dalam diri remaja kita, kemudian bagaimana dengan perkembangan bahasa Indonesia ke depannya. Sebagai mana ungkapan “Jika kebiasaan dipupuk lama kelamaan kebiasaan tersebut akan menjadi kebutuhan”, untuk itu hendaknya para penerus bangsa mengingat pentingnya bahasa persatuan dan meminimalkan penggunaan singkatan-singkatan bahasa gaul yang akan berefek negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia dan cara berpikir bangsa ini ke depannya. Hal ini sesuai dengan falsafah bahwa “bahasa merupakan lambang suatu bangsa”!