Tindak tutur memiliki banyak jenis. Levinson (dalam Suyono,
1990: 5) mengungkapkan bahwa fenomena tindak tutur inilah yang sebenarnya
merupakan fenomena aktual dalam situasi tutur. Peristiwa tutur dalam bentuk
praktisnya adalah wacana percakapan, pidato, surat, dan lain-lain. Sementara
itu, tindak tutur merupakan unsur pembentuk yang berupa tuturan.
Tindak tutur dapat dinyatakan sebagai segala tindak yang
kita lakukan melalui berbicara, segala yang kita lakukan ketika kita berbicara
(Ismari, 1995: 76). Akan tetapi, definisi ini terlalu luas untuk sebagian
tujuan. Bahasa digunakan untuk membangun jembatan pemahaman dan solidaritas,
untuk menyatukan kekuatan-kekuatan politik, untuk menyatakan argumentasi, untuk
menyampaikan informasi kepada sesama, untuk menghibur, untuk memberikan kritik
dan saran, singkatnya untuk berkomunikasi.
Pengertian yang lebih sempit mengenai tindak tutur dapat
dinyatakan sebagai satuan terkecil dari komunikasi bahasa yang memiliki fungsi
dengan memperlihatkan gejala individual, bersifat psikologis, dan
keberlangsungannya bergantung pada kemampuan penutur dalam menghasilkan suatu
kalimat dengan kondisi tertentu. Hal ini sejalan dengan pernyataan Richards
(dalam Suyono, 1990: 5) yang berpendapat mengenai tindak tutur sebagai the things we actually do when we speak
“sesuatu yang benar-benar kita lakukan ketika bertutur” atau the minimal unit of speaking which can be
said to have function “satuan terkecil dari unit tuturan yang dapat
dikatakan memiliki fungsi”. Pendapat
yang mirip juga ditemukan pada pernyataan Arifin dan Rani (2000:136) yang
menganggap tindak tutur sebagai produk atau hasil dari suatu kalimat dalam
kondisi tertentu dan merupakan satuan terkecil dari komunikasi bahasa. Chaer
dan Agustina (1995:64) lebih mengkhususkan tindak tutur sebagai gejala
individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh
kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Seorang filsuf yang bernama Austin (dalam Ismari, 1995: 77)
menyatakan ada lebih dari 1000 kata kerja tindak ilokusi dalam bahasa Inggris.
Austin (dalam Ismari, 1995: 77) menyebutkan beberapa kata kerja seperti
bertanya (ask), meminta (request), memimpin (direct), membutuhkan (require),
menyuruh (order), memerintah (command),
menyarankan (suggest), memohon dengan
sangat (beg), menuntut (plead), yang kesemuanya menandai tindak
tutur. Akan tetapi, kata kerja-kata kerja dalam bahasa Inggris seperti yang
dikemukakan oleh Austin itu dilengkapi dengan taksonomi awal yang berguna untuk
tindak tutur, tetap saja nama-nama kata kerja tersebut tidak sama dengan
‘tindak’. Dengan kata lain, tindak tutur tidak sekedar setara dengan kata kerja
yang menggambarkan mereka. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Searle.
Searle
(dalam Ismari, 1995: 77) menunjukkan adanya kata kerja-kata kerja yang bukan
merupakan tanda-tanda dari daya ilokusioner, tetapi merupakan tanda-tanda dari
ciri lain tindak tutur tersebut, misalnya berkeras hati (insist) yang menandai tingkat intensitas, tetapi tindak menandai
fungsi-fungsi tindak tutur.
Searle
memberikan contoh dalam kalimat I
suggest/insist that we go to movies “Aku menyarankan/berkeras hati bahwa
kita pergi ke bioskop” atau dengan kalimat lain I suggest/insist that the answer is found on page 16. “Aku
menyarankan/berkeras hati bahwa jawaban ditemukan di halaman 16.”
Pada umumnya seorang guru melakukan tindak tutur dalam
membentuk wacana kelas yang komunikatif. Searle mengklasifikasikan tindak tutur
yang didasarkan pada maksud penutur ketika berbicara. Adapun tindak tutur yang
dikemukakan oleh Searle sebagai berikut.
a. Tindak Representatif
Tindak representatif
merupakan tindak bahasa yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu
sebagaimana adanya, misalnya tindak menyatakan, tindak menunjukkan, dan tindak
menjelaskan (Suyitno, 2002:104). Levinson seperti yang dikutip Arifin dan Rani
(2000:211) memberikan pengertian terhadap tindak representatif sebagai tindak
tutur untuk menyampaikan proposisi yang benar. Yang termasuk dalam tindak ini
adalah tindak memberi informasi, memberi izin, keluhan, permintaan ketegasan
maksud tuturan, dan lainnya. Pengertian itu ditambahkan lagi oleh Searle (dalam
Syamsuddin, et. al., 1998: 97) yang mengemukakan tindak tutur representatif
sebagai tindak yang berfungsi menetapkan atau menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu terjadi dengan apa adanya, contohnya pemberian pernyataan, saran,
pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya. Ketiga pernyataan di atas dipertegas
oleh Bach dan Hamish yang dikutip Arifin dan Rani (2000: 211) bahwa tindak
tutur representatif adalah tindak tutur yang biasanya disampaikan dan
dimaksudkan untuk memperoleh respons tertentu. Respons ini merupakan suatu tindakan
dalam memberikan balasan terhadap apa yang diinginkan penutur.
Contoh
dialog yang menyatakan atau menjelaskan.
Emi : Pensil itu bukan milik
saya.
Budi : Lalu milik siapa?
Emi : Saya tidak tahu.
Contoh
dialog singkat tersebut menunjukkan penjelasan Emi bahwa pensil itu bukan
miliknya, dan Emi mengemukakan pula bahwa ia tidak tahu siapa sebenarnya yang
memiliki pensil tersebut.
b. Tindak Komisif
Berbeda dengan tindak tutur representatif, tindak tutur komisif dalam pandangan Searle (dalam
Arifin dan Rani, 2000:139) dianggap sebagai tindak tutur yang memiliki fungsi
untuk mendorong penutur melakukan
sesuatu. Yang termasuk dalam tindak komisif itu sendiri adalah bersumpah,
berjanji, dan mengajukan usulan. Jumadi (2006: 71) ikut menambahkan pendapatnya
terhadap tindak tutur komisif sebagai salah satu jenis tindak tutur yang
digunakan oleh penutur untuk membuat dirinya sendiri berkomitmen dalam
melakukan tindakan tertentu di masa yang akan datang.
Contoh
tindak tutur yang menyatakan janji.
Siswa : Saya berjanji tidak akan
terlambat lagi datang ke sekolah.
Guru : Baik
kalau begitu saya akan pegang janji kamu.
Contoh
kutipan percakapan tersebut berisikan pernyataan janji oleh seorang siswa
kepada guru. Siswa melakukan tindak berjanji untuk tidak terlambat.
c. Tindak Direktif
Tindak tutur berikutnya adalah tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif
merupakan tindak tutur yang mengekspresikan maksud dalam bentuk perintah atau
permintaan untuk menghasilkan efek melalui suatu tindakan pada mitra tuturnya.
Levinson dalam buku Prinsip-Prinsip
Analisis Wacana yang ditulis Arifin dan Rani (2000:206), mengemukakan
tindak tutur direktif sebagai tindak tutur yang bermaksud untuk menghasilkan
efek melalui suatu tindakan oleh pendengar. Tidak berbeda jauh dengan Searle
yang juga dikutip oleh Arifin dan Rani (2000:1206) mengemukakan tindak tutur
direktif sebagai tindak tutur yang mendorong pendengar untuk melakukan sesuatu.
Pendapat tersebut dipertegas kembali oleh Bach dan Harmish (dalam Arifin dan
Rani, 2000: 206) yang mengartikan tindak tutur direktif sebagai tindak tutur
yang mengekspresikan maksud penutur agar mitra tuturnya melakukan suatu
tindakan.
Adapun fungsi pragmatis untuk menyampaikan tindak direktif
ini memiliki wujud seperti berikut ini.
a) Pertanyaan
untuk Meminta Informasi
Informasi
merupakan pernyataan yang mungkin benar dan mungkin juga salah. Informasi
mengacu pada sesuatu yang keberadaannya bersifat independen atau berstatus
objektif. Sesuatu yang dimaksud dapat berupa fakta, opini, keputusan, maksud,
alasan, atau objek nyata.
b) Pertanyaan
untuk Meminta Konfirmasi
Pertanyaan
untuk meminta konfirmasi pada dasarnya merupakan bagian dari permintaan
informasi yang merujuk pada peristiwa percakapan terdahulu.
c) Pertanyaan
untuk Menguji
Pertanyaan
yang berfungsi pragmatis pengujian berasal dari pembicara yang meminta agar
pendengar melakukan tindakan berupa pembuktian bahwa dirinya mengetahui tentang
sesuatu yang ditanyakan.
d. Tindak Ekspresif
Selain tindak tutur representatif, komisif, dan direktif,
juga terdapat tindak tutur ekspresif.
Searle (dalam Arifin dan Rani, 2000:139) mengemukakan bahwa tindak ekspresif
adalah tindak tutur yang berkaitan dengan perasaan dan sikap. Tindak tutur ini
berupa tindakan meminta maaf, humor, memuji, basa-basi, berterima kasih, dan
sebagainya. Tindak ekspresif ini memiliki fungsi untuk mengekspresikan sikap
psikologis pembicara terhadap pendengar sehubungan dengan keadaan tertentu.
Contoh
tindak tutur meminta maaf.
Guru : Mengapa kamu belum
menyerahkan tugas rumah?
Siswa : Maaf Pak, tugas itu
belum selesai saya kerjakan.
Guru : Kapan akan
diserahkan?
Siswa : Insya Allah besok
Pak.
Contoh
penggalan percakapan tersebut berisikan tindak tutur ekspresif yang menyatakan
permintaan maaf. Tindak tutur meminta maaf dilakukan oleh siswa yang tidak
menyerahkan tugas rumah kepada guru. Siswa mengekspresikan tindak tutur meminta
maaf dengan menggunakan kata maaf.
e. Tindak Deklaratif
Tindak tutur yang terakhir yang dikelompokan Searle (dalam
Arifin dan Rani, 2000:139) adalah tindak tutur deklaratif. Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang
menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang sebenarnya. Tindak tutur ini
dapat dilihat pada tindak menghukum, menetapkan, memecat, dan memberi nama.
Oleh Suyono (1990: 7) tindak deklaratif dinyatakan sebagai tindak tutur yang
berfungsi untuk memantapkan atau membenarkan sesuatu tindak tutur sebelumnya.
Tindak tutur ini dinyatakan dengan setuju, tidak setuju, benar, dan lain-lain.
Contoh
tindak tutur deklaratif dapat dilihat pada dialog di bawah ini.
Siswa : Menurut saya, salah satu
faktor yang mempengaruhi kecurangan siswa dalam menjawab ujian adalah
ketidaksiapan belajar untuk menghadapi ujian itu sendiri. Bagaimana Pak?
Guru : Ya, saya setuju dengan
pendapat kamu.
Contoh dialog yang telah dikemukakan merupakan tindak tutur
deklaratif. Guru menggunakan tindak tutur deklaratif dalam bentuk persetujuan
terhadap pendapat yang dikemukakan oleh siswa. Pernyataan persetujuan yang
diberikan guru ditandai dengan penggunaan kata setuju.
Nama : Eka Fauzia
BalasHapusNIM : A1B114014
Kelompok 1 Fonologi
Saya ingin bertanya apa yang maksud dari tindak tutur yang di kemukakan Chaer dan Agustina diatas,bahwa lebih mengkhususkan tindak tutur sebagai gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.Mohon penjelasannya, terima kasih.
tindak tutur itu tergantung dari individu masing masing, serta pengaruh psikologi dan tergantung dari kemampuannya berbahasa itu sendiri, dalam menghadapi situasi yg ia alami.
Hapusbukti bahwa tindak tutur setiap orang berbeda dapat diamati dari contoh berikut
si A mengatakan bahwa ali itu tampan, tetapi beda halnya dengan B YG mengatakan ali itu jelek, beda pula dengan C yg mengatakan ali itu kurang tampan tapi dia pintar,
dapat kita ambil kesimpulan bahwa pandangan orang itu berbeda beda tergantung dari pola pikirnya masing2.yg dipengaruhi oleh psikologis serta situasi dan kondisi ia saat menjadi punutur itu sendiri, Bagaimana tanggapan anda ??
terima kasih sudah bertanya
Penjelasan bisa saya terima dan terima kasih atas jawabannya.
HapusHow to Play Roulette - Dr.MCD
BalasHapusRoulette is a variation of 고양 출장안마 the popular classic slot game called 시흥 출장안마 roulette. Instead of a player taking the wheel, the dealer 거제 출장마사지 places a 군산 출장안마 bet on the 김천 출장안마 total number of points