Jumat, 10 Oktober 2014

BAB I Perbedaan mengenai SEMANTIK dan PRAGMATIK

Fokus dalam Ilmu Pragmatik Istilah pragmatik sebagaimana kita kenal saat ini dapat ditelusuri melalui nama seorang filosof Charles Morris (1938) yang mengolah kembali pemikiran para filosof pendahulunya (Locke dan Pierce), mengenai ilmu tanda atau semiotik (semiotics). Dikatakan oleh Morris bahwa semiotik memiliki tiga cabang kajian, yaitu sintaksis (syntax), semantik (semantics), dan pragmatik (pragmatics). Sintaksis adalah kajian tentang hubungan formal antar tanda; semantik adalah kajian tentang hubungan tanda dengan objek tanda tersebut (designata); dan pragmatik adalah kajian tentang hubungan tanda dengan orang yang menginterpretasikan tanda itu (Levinson, 1985: 1; Nababan, 1987: 1; Purwo, 1990: 11; Wijana, 1996: 5).
Meskipun semantik dan pragmatik sama-sama berurusan dengan makna, namun keduanya memiliki perbedaan. Semantik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan dua segi (dyadic), sedangkan pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi (triadic). Dengan demikian, makna dalam pragmatik diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa, sedangkan dalam semantik, makna didefinisikan semata-mata sebagai ciri-ciri ungkapan dalam bahasa tertentu terpisah dari situasi, penutur, dan petutur (Leech, 1983: 8).
Semantik sebagai salah satu cabang (linguistik mengkaji makna bahasa (linguistic meaning, linguistic sense) secara internal, sedangkan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna penutur (speaker meaning, speaker sense) yang bersifat eksternal (Wijana, 1997: 7; 1999: 6). Semantik adalah telaah makna kalimat (sentence), sedangkan pragmatik adalah telaah makna tuturan (utterance). Pada dasarnya, semantik menelaah makna kata atau klausa tetapi makna yang bebas konteks (context-independent), sedangkan pragmatik menelaah makna yang terikat konteks (context-independent) (Purwo, 1990: 16).
Leech (1983: 1) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran dalam situasi-situasi tertentu. Bila dikaitkan dengan semantik, studi semantik bersifat komplementer yang berarti bahwa studi tentang penggunaan bahasa dilakukan baik sebagai bagian terpisah dari sistem formal bahasa maupun sebagai bagian yang melengkapinya. Levinson (1985: 1) menyatakan bahwa “pragmatics, the study of the relation of signs to interpreters“. Pengertian/pemahaman bahasa menunjuk pada fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan/ ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungan dengan konteksnya. Sementara Parker (dalam Wijana, 1996: 2) menyatakan “Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of languange use to communicate. Sebagai konklusi Purwo (1990: 16) menyatakan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik.
Dari definisi-definisi di atas terlihat bahwa pragmatik akan selalu berhubungan dengan penutur dan makna yang dipengaruhi oleh situasi. Oleh karenanya sebuah tuturan bisa memiliki makna yang berbeda dari makna secara semantis. Hal itu berarti bahwa makna dalam pragmatik bersifat eksternal karena dipengaruhi oleh konteks, sedangkan makna dalam semantik bersifat internal. Terjadinya perbedaan makna tersebut disebabkan oleh konteks yang digunakan. Konteks yang dimaksud adalah ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat, dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat dalam tindakan mengutarakan kalimat (Purwo, 1990: 14).
Leech (1983: 1) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran dalam situasi-situasi tertentu. Bila dikaitkan dengan semantik, studi semantik bersifat komplementer yang berarti bahwa studi tentang penggunaan bahasa dilakukan baik sebagai bagian terpisah dari sistem formal bahasa maupun sebagai bagian yang melengkapinya. Levinson (1985: 1) menyatakan bahwa “pragmatics, the study of the relation of signs to interpreters“. Pengertian/pemahaman bahasa menunjuk pada fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan/ ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungan dengan konteksnya. Sementara Parker (dalam Wijana, 1996: 2) menyatakan “Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of languange use to communicate. Sebagai konklusi Purwo (1990: 16) menyatakan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik.
Oller (dalam Yalden, 1985: 54) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara bentuk linguistik dan konteks. Secara logis aliran pragmatik juga melibatkan sintaksis, suatu bentuk linguistik tertentu yang berhubungan dengan setting paralinguistik yang sering disebut sebagai cash-value dari suatu kata tertentu. Cash-value ditentukan oleh aturan-aturan kebahasaan sehubungan dengan konteks paralinguistik yang berlaku yang bisa memberi arah bagi penutur untuk menggunakan suatu istilah tertentu. Teori pragmatik -menekankan pada fungsi bahasa dalam komunikasi riil karena makna setiap kata akan sangat bergantung pada fungsi yang dimainkan oleh bahasa tersebut dalam komunikasi yang sedang berlangsung. Teori pragmatik fungsional ini lebih cenderung bersifat sosial daripada psikologis.
Berkait dengan pengertian pragmatik di antaranya ada rumusan-rumusan lain sebagai berikut :
“Pragmatik adalah kajian tentang hubungan antara bahasa dengan konteks ditatabahasakan atau yang dikodekan pada struktur bahasa.” (Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language) (Levinson, 1985: 9).
“Pragmatik adalah kajian tentang hubungan antara bahasa dengan konteks yang menjadi dasar untuk mengartikan bahasa itu”. (Pragmatics is the study of the relations between language and contexts that are basic to an account of language understanding). (Levinson, 1985: 21).
  “Pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai sehingga kalimat-­kalimat tersebut dapat dimaknai.” (Pragmatics is the study of the ability of langunge users to pair sentences with the contexts in which they would be appropriate) (Levinson, 1985: 24).
Definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa yang menjadi fokus pragmatik adalah hubungan antara bahasa dan konteks. Konteks menurut Hymes meliputi enam dimensi. Pertama, tempat dan waktu (setting); seperti di ruang kelas, di pasar, stasiun, masjid, dan warung kopi. Kedua, pengguna bahasa (participants); seperti dokter dengan pasien, dosen dengan mahasiswa, penjual dengan pembeli, menteri dengan presiden, dan anak dengan orang tua. Ketiga, topik pembicaraan (content); seperti pendidikan, kebudayaan, politik, bahasa, dan olah raga. Keempat, tujuan (purpose); seperti bertanya, menjawab, memuji, menjelaskan, dan menyuruh. Kelima, nada (key); seperti humor, marah, ironi, sarkastik, dan lemah lembut. Keenam, media/saluran (channel); seperti tatap muka, melalui telepon, melalui surat, melalui e-mail, dan melalui telegram (dalam Nurkamto, 2002: 2).
Ada empat buah definisi yang merupakan esensi deskripsi singkat tentang pragmatik, yang dibuat oleh Yule. Dalam deskripsinya, Yule (1996:3) mengemukakan hal sebagai berikut.
1.    Pragmatik berfokus pada pengkajian makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan sesudahnya oleh mitra tutur. Pengkajian makna, di sini, lebih memperhatikan apa sesungguhnya yang penutur maksudkan dengan tuturannya daripada sekedar makna yang terdapat pada tuturan itu. Dari deskripsi singkat (1) diperoleh pengertian bahwa pragmatik adalah pengkajian makna yang dimaksudkan oleh penutur (Pragmatics is the study of speaker meaning).
2.    Pengkajian makna menurut penutur (seperti tersebut pada poin (1)) merupakan upaya penafsiran atas apa yang penutur maksudkan dalam konteks tertentu, serta bagaimana konteks berpengaruh terhadap tuturan yang dihasilkan. Cara kerja pengkajian ini memperhatikan bagaimana penutur menyesuaikan apa yang hendak dituturkan dengan konteks yang melatarbelakanginya, seperti, siapa orang yang menjadi mitra tutur, di mana, kapan, dan dalam keadaan bagaimana tuturan dihasilkan. Dari deskripsi singkat (2) diperoleh pengertian bahwa pragmatik adalah pengkajian makna karena pengaruh konteks (Pragmatics is the study of contextual meaning).
3.     Melalui ancangan pragmatik menjadi pengamatan bagaimana mitra tutur menginferensi tuturan yang didengarnya, sehingga hasil tafsirannya terhadap tuturan itu sama dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Pada pengkajian makna seperti ini, diperhatikan juga berbagai hal yang terkait dengan tuturan tetapi tidak terungkap dalam tuturan yang dihasilkan oleh penutur. Dengan cara pengkajian, seperti yang disebutkan, membuat kita mengenal adanya upaya pemahaman makna lain yang tidak terungkap dalam tuturan (invisible meaning). Dari deskripsi singkat (3) diperoleh pengertian bahwa pragmatik adalah pengkajian yang berupaya memperoleh informasi yang lebih banyak daripada sekedar yang diperoleh dari yang dituturkan ( Pragmatics is the study of how more gets communicated than is said).
4.    Perspektif yang menyebut adanya informasi lain, di luar dari yang dituturkan, seperti yang disebut pada poin (3), ternyata memicu munculnya pertanyaan, apa sesungguhnya yang berperan dalam membuat adanya informasi lain di samping informasi yang diperoleh dari tuturan itu. Jawabannya, menurut Yule, menyangkut soal jarak (distance). Faktor kedekatan atau kejauhan secara fisik, sosial, ataupun konseptual, adalah bagian dari pengalaman manusia. Dengan memperhatikan kedekatan atau kejauhannya dengan mitra tutur, penutur dapat menentukan batasan terhadap apa yang perlu dituturkannya. Dari deskripsi singkat (4) diperoleh pengertian bahwa pragmatik adalah pengkajian terhadap ekspresi-ekspresi yang menyatakan jarak relatif (Pragmatics is the study of the expression of relative distance).

Kesimpulan
Menurut Levinson, yang menjadi fokus pragmatik adalah hubungan antara bahasa dan konteks. Konteks menurut Hymes meliputi enam dimensi. Pertama, tempat dan waktu (setting); seperti di ruang kelas, di pasar, stasiun, masjid, dan warung kopi. Kedua, pengguna bahasa (participants); seperti dokter dengan pasien, dosen dengan mahasiswa, penjual dengan pembeli, menteri dengan presiden, dan anak dengan orang tua. Ketiga, topik pembicaraan (content); seperti pendidikan, kebudayaan, politik, bahasa, dan olah raga. Keempat, tujuan (purpose); seperti bertanya, menjawab, memuji, menjelaskan, dan menyuruh. Kelima, nada (key); seperti humor, marah, ironi, sarkastik, dan lemah lembut. Keenam, media/saluran (channel); seperti tatap muka, melalui telepon, melalui surat, melalui e-mail, dan melalui telegram (dalam Nurkamto, 2002: 2).
Sedangkan menurut Yule ada empat fokus ilmu pragmatic yaitu Pragmatik berfokus pada pengkajian makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan sesudahnya oleh mitra tutur, Pengkajian makna menurut penutur (seperti tersebut pada poin (1)) merupakan upaya penafsiran atas apa yang penutur maksudkan dalam konteks tertentu, serta bagaimana konteks berpengaruh terhadap tuturan yang dihasilkan, Melalui ancangan pragmatik menjadi pengamatan bagaimana mitra tutur menginferensi tuturan yang didengarnya, sehingga hasil tafsirannya terhadap tuturan itu sama dengan yang dimaksudkan oleh penutur, serta pragmatik adalah pengkajian terhadap ekspresi-ekspresi yang menyatakan jarak relatif.

28 komentar:

  1. Nama nor anisa,NIm:A1B114087,k3l.2 Morfologi,,, saya ingin bertanya,, disini dijelaskan bahwa semantik dan pragmatik saling berkaitan, nah tolong jelaskan apa yang menyebabkan keduanya saling berhubungan,,,dan apakah pragmatik juga ada hubungannya dengan ilmu lain seperti fonologi,morfologi,sintaksis,dll..?? atas jawabannya terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semiotik memiliki tiga cabang kajian, yaitu sintaksis, dan pragmatik. semantik dan pragmatik kesamaannya adalah keduanya mengkaji makna.

      Hapus
    2. pragmatik dan semantik tentu selalu berhubungan dengan fonologi,morfologi, dan sintaksis karena keduanya dengan objeknya yakni MAKNA, akan berada diseluruh atau di semua tataran(fonologi,morfologi,sintaksis).pragmatik dan semantik BUKAN satu tataran dalam arti UNSUR PEMBANGUN satuan lain, melainkan unsur yg berada disemua tataran,meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Nama:Dewi Herliani Nim:A1B114068 Kelompok:6 Apa maksud dari hubungan yang melibatkan dua segi pada semantik dan tiga segi pada pragmatik yang ada dalam perbedaan semantik dan pragmatik

    BalasHapus
    Balasan
    1. SEMATIK akan BERHUBUNGAN dengan PENUTUR dan MAKNA. sedangkan pragmatik akan selalu BERHUBUNGAN dengan PENUTUR dan MAKNA yang DIPENGARUHI OLEH SITUASI. Oleh karenanya sebuah tuturan bisa memiliki makna yang berbeda dari makna secara semantis. Hal itu berarti bahwa makna dalam pragmatik bersifat eksternal karena dipengaruhi oleh konteks, sedangkan makna dalam semantik bersifat internal. Terjadinya perbedaan makna tersebut disebabkan oleh konteks yang digunakan. Konteks yang dimaksud adalah ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat, dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat dalam tindakan mengutarakan kalimat

      Hapus
    2. contoh "Rapi sekali bajumu !"
      jika dikaji dengan semantik maka maknanya adalah " baju seseorang yang memang benar terlihat rapi".
      sedangkan jika dikaji dengan pragmatik maka maknanya
      1)situasi yg memang sebenarnya baju org itu rapi
      2) situasi yg baju orang itu kusut(tdk rapi),tetapi dikatakan rapi dengan maksud menyindir.
      Hal inipembuktian bahwa pragmatik berhubungan dengan penutur,makna, serta situasi dimana kalimat itu di ungkapkan.

      Hapus
  5. Nama:Noranisa
    Nim : A1B114088
    Kelompok: 3
    Saya ingin bertanya, jelaskan menurut anda apa yang dimaksud dengan pengkajian dalam pragmatik terhadap ekspresi-ekspresi yang menyatakan jarak relatif?.
    terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perspektif yang menyebut adanya informasi lain, di luar dari yang dituturkan, ternyata memicu munculnya pertanyaan, apa sesungguhnya yang berperan dalam membuat adanya informasi lain di samping informasi yang diperoleh dari tuturan itu. Jawabannya, menurut Yule, menyangkut soal jarak (distance). Faktor kedekatan atau kejauhan secara fisik, sosial, ataupun konseptual, adalah bagian dari pengalaman manusia. Dengan memperhatikan kedekatan atau kejauhannya dengan mitra tutur, penutur dapat menentukan batasan terhadap apa yang perlu dituturkannya.

      Dari deskripsi diatas diperoleh pengertian bahwa pragmatik adalah pengkajian terhadap ekspresi-ekspresi yang menyatakan jarak relatif.

      Hapus
  6. Nama : Rieska Ananda
    NIM : A1B114095
    dari kelompok 3 Sintaksis
    Apakah dimaksud dengan pragmatik bersifat eksternal ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. MAKNA dalam PRAGMATIK BERSIFAT EKSTERNAL karena DIPENGARUHI OLEH KONTEKS.

      Hapus
    2. Konteks yang dimaksud adalah ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat, dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat dalam tindakan mengutarakan kalimat

      Hapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. nama: Mahmuda
    Nim : A1B114074
    dari kelompok 3
    mengapa pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi (triadic) , jelaskan !

    BalasHapus
    Balasan
    1. SEMATIK akan BERHUBUNGAN dengan PENUTUR dan MAKNA. sedangkan pragmatik akan selalu BERHUBUNGAN dengan PENUTUR dan MAKNA yang DIPENGARUHI OLEH SITUASI. Oleh karenanya sebuah tuturan bisa memiliki makna yang berbeda dari makna secara semantis. Hal itu berarti bahwa makna dalam pragmatik bersifat eksternal karena dipengaruhi oleh konteks, sedangkan makna dalam semantik bersifat internal. Terjadinya perbedaan makna tersebut disebabkan oleh konteks yang digunakan. Konteks yang dimaksud adalah ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat, dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat dalam tindakan mengutarakan kalimat

      Hapus
  9. Nama : Nurbaiti
    Nim : A1B114091
    Kelompok : 6 (wacana)
    Disini anda mengutip bahwa “Pragmatik adalah kajian tentang hubungan antara bahasa dengan konteks ditatabahasakan atau yang dikodekan pada struktur bahasa.

    Maksud dari konteks yang ditatabahasakan atau dikodekan itu seperti apa tolong beri contoh dan jelaskan !!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Konteks yang dimaksud adalah ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat, dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat dalam tindakan mengutarakan kalimat

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

    3. "wah, kamarmu bersih sekali "
      dalam kajian pragmatik kalimat itu bisa mempunyai berbagai makna.antara lain
      1) dalam keadaan sebenarnya kamar org tersebut memang bersih
      2)dalam keadaan sindiran bahwa sesungguhnya kamar org tersebut memang kotor.

      hal ini tergantung dari konteks yg saya sebutkan di komentar sebelumnya

      Hapus
  10. Nama : Muhammad Ridho Pahlawan
    NIM : A1B114077
    Kelompok 6 Wacana

    Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa "... pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi (triadic)..."

    Maksud dari Tiga segi (triadic) itu bagaimana ?

    Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. SEMATIK akan BERHUBUNGAN dengan PENUTUR dan MAKNA. sedangkan pragmatik akan selalu BERHUBUNGAN dengan PENUTUR dan MAKNA yang DIPENGARUHI OLEH SITUASI. Oleh karenanya sebuah tuturan bisa memiliki makna yang berbeda dari makna secara semantis. Hal itu berarti bahwa makna dalam pragmatik bersifat eksternal karena dipengaruhi oleh konteks, sedangkan makna dalam semantik bersifat internal. Terjadinya perbedaan makna tersebut disebabkan oleh konteks yang digunakan. Konteks yang dimaksud adalah ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat, dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat dalam tindakan mengutarakan kalimat

      Hapus
  11. catatan :
    Pertanyaan di tutup untuk BAB I
    silakan bertanya di BAB selanjutnya, agar ilmunya tidak sampai sini saja, yg sudah bertanya, kami persilakan agar bertanya lagi di BAB selanjutnya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih...

    BalasHapus
  12. Nama: Ayu nia maulita
    Nim: A11B114008
    Kelompok 1 fonologi

    penjelasan diatas, dijelaskan bahwa pragmatik menelaah makna yang terikat konteks. maksudnya itu bagaimana tolong jelaskan? terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terikat konteks artinya. sebuah makna akan berbeda beda tafsirannya tergantung pada ihwal siapa yg mengucapkan, kepada siapa di ucapkan, tempat dimana kalimat itu di ucapkan, situasi pada saat itu... hal ini bisa di lihat lagi di pembahasan di atas. terima kasih sudah bertanya

      Hapus
  13. Nama : Nurul Hidayah
    NIM : A1B114092
    Kelompok 1 fonologi

    saya ingin bertanya dari semua postingan yang anda muat ada yang memuat tentang wacana jadi apakah ada kaitannya antara wacana dengan pragmatik?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertanyaan anda sudah di jawab di BAB selanjutnya. terima kasih atas pertanyaannya..

      Hapus