Untuk memahami keseluruhan makna, suatu kalimat memerlukan
kalimat lain. Namun, ada beberapa cara untuk memahami makna kalimat maupun
ucapan-ucapan tersebut. Pertama, seringkali penutur menggunakan kalimat yang
maknanya tidak selalu sama dengan makna sebenarnya, misalnya pada sarkasme
(halusàkasar) atau kalimat
bermakna banyak.
Grice dalam teorinya “implikatur percakapan” mengemukakan
bahwa implikasi (siratan) dihasilkan oleh serangkaian prinsip percakapan yang
mengatur kerja sama. Petutur mengambil simpulan berdasarkan implikasi yang
diperolehnya dari kerja sama saat bertutur. Namun, kesulitannya adalah
mengambil simpulan dari implikasi secara cepat dan akurat.
Kedua, kritikan Strawson terhadap Theory of Descriptions milik Russell yang menunjukkan gagasan
tentang “presuposisi” yang berbeda pada entailmen. Ketika presuposisi gagal,
kalimat tersebut tidak salah, tetapi
tidak memiliki kebenaran pada keseluruhannya. Dalam hal ini, sulit
ditemukan contoh yang sesuai.
Ketiga, beberapa implikasi memiliki pilihan kata khusus,
seperti “tapi” yang dilawankan dengan “dan”. Keduanya memiliki kesamaan makna,
kecuali pada konotasi kontrastif. Grice menyebutnya sebagai gejala “implikatur
konvensional”.
Keempat, ada beberapa kalimat yang digunakan untuk melakukan
tindak tutur selain tindakan yang ditandai dengan tata bahasa dan isi semantik.
Untuk menjelaskan “daya tidak langsung”, Searle mencoba memperluas teori Grice
tentang “implikatur percakapan”. Akan tetapi, hal tersebut gagal karena
sedikitnya ketersediaan data yang tidak mampu memberikan alternatif yang
memuaskan.
Davidson mengemukakan tentang semantik yang mampu melihat
implikasi pada kalimat yang memiliki hubungan entailmen. Akan tetapi, Grice
(1975) telah mengemukakan bahwa implikasi berasal dari berbagai jenis yang
menjadi gejala secara alami.
B. Menyampaikan Makna dan Simpulan
Pertama, “menyampaikan makna” tuturan. Hal tersebut wajar
(meskipun tidak wajib) untuk menggambarkan gejala pada makna penutur. Pada
banyak kasus percakapan, kalimat yang diucapkan penutur memiliki makna sebagai
P, tetapi maksud utama komunikasi penutur adalah untuk menyampaikan sesuatu
yang berbeda itu Q. Misalnya, saya berkata pada seorang pengunjung yang ribut “There’s the door,” yang maknanya bukan
berarti “You are to leave now,”.
Dalam hal ini, saya mengatakan satu hal, tetapi maksudnya lain. Pengunjung yang
ribut benar-benar dituntut untuk memikirkan hal ini sejenak.
Di sini terdapat fenomena linguistik
(seperti daya ilokusi). Hal tersebut merupakan bagian yang harus dipahami
sebagai penutur yang berkompeten dalam bahasa. Jika Anda adalah penutur asing
yang fasih berbahasa Inggris atau setidaknya telah belajar makna leksikal pada
kata-kata dan cukup mengetahui tata bahasa untuk memahami makna sebenarnya
(harfiah) pada kalimat, meskipun terdapat penghilangan terhadap hal-hal
penting.
C.
Implikatur Percakapan
Grice
(1975) melihat makna penutur sebagai komunikasi yang menggambarkan keadaan
mental seseorang. Ia mulai mengaji hal tersebut sebagai sebuah mekanisme
percakapan dan norma-norma sosial yang ikut mengatur terjalinnya kerja sama
dalam percakapan. Ia kemudian melanjutkan konsep tersebut untuk mengembangkan
teorinya yang dikenal dengan “Implikatur Percakapan”.
Grice
mengemukakan tentang prinsip kerja sama: “Berikanlah
kontribusi percakapan Anda seperti yang diperlukan saat Anda terlibat pada
percakapan tersebut”. Prinsip Kerja Sama ini memiliki beberapa maksim
percakapan, yaitu:
(M1) Buatlah kontribusi Anda
informatif dalam percakapan sesuai dengan tujuan pertukaran. (Maksim Kualitas)
(M2) Jangan membuat kontribusi Anda
lebih informatif dari yang diperlukan.
(M3) Jangan mengatakan sesuatu yang
Anda yakini salah.
(M4) Jangan mengatakan sesuatu yang
Anda tidak memiliki bukti cukup. (Maksim Kuantitas)
(M5) Buatlah menjadi relevan.
(Maksim Relevansi/Hubungan)
(M6) Hindari ambiguitas. (Maksim
Cara)
(M7) Singkat (menghindari hal
bertele-tele yang tidak perlu).
Maksim berfungsi untuk mempercepat
pemberian dan penerimaan informasi dengan cara yang jelas. Hal inipun
dimaksudkan agar penjelasan yang dikemukakan oleh pembicara merupakan suatu
kebenaran, tanpa melibatkan makna yang lain. Grice menawarkan hal tersebut
dalam bentuk pola standar penalaran bagi pendengar (petutur).
Teori Grice tentang implikatur percakapan diterima secara
luas. Ada dua keluhan yang dikemukakan berkaitan dengan teori tersebut.
Pertama, beberapa filsuf curiga terhadap sejumlah penalaran yang kompleks dalam
waktu seketika dan hampir tidak disadari sepenuhnya. Sedangkan dalam berbagai
bentuk kehidupan secara nyata, banyak penalaran yang dilakukan secara cepat,
namun tetap dalam keadaan sadar. Kedua, sebagian besar penalaran dari Gricean
terbagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap awal negatif dan tahap positif. Pada tahap
awal negatif, pendengar mendeteksi bahwa makna pembicara menyimpang dari makna
kalimat. Pada tahap positif, si pendengar menyimpulkan pembicaraan.
Praktisi yang mengaji “relevansi” berpendapat bahwa ada
jenis baru dari implikasi yang disebut dengan eksplikatur. Eksplikatur
merupakan sesuatu yang tersirat, namun terlihat.Carston (1988) dan Recanti (1989) memberikan contoh: Dia
meletakkan surat itu, meneteskan air matanya, dan berjalan perlahan ke tepi
tebing, kemudian melompat. Implikasi
menyatakan bahwa si Dia melompat ke tebing. Implikasi ini tidak bisa dibatalkan
tanpa adanya kontradiksi seperti menambahkan “bukan melompat ke tebing,
melainkan hanya naik-turun dekat tepinya”. Dalam hal ini, Carston dan Recanti
berpendapat jika implikasi tidak dibatalkan secepatnya, implikasi tetap akan
bertahan pada subjek yang melompat ke tebing.
Teori Relevansi ini berbeda dengan pengembangan model Grice.
Mereka menolak adanya proses linguistik secara khusus untuk menghasilkan
implikatur, terutama pada penerapan maksim percakapan Grice. Sebaliknya, mereka
tetap mempertahankan konsep implikatur sebagai hasil pengolahan kognitif yang
bertujuan untuk mengefesiensikan informasi secara umum.
D. Presuposisi dan Implikatur
Konvensional
Seorang filsuf dan ahli bahasa banyak mengambil ide Strawson
yang memberikan contoh: Raja Perancis saat ini botak. Strawson berpendapat
bahwa Raja Perancis adalah botak
tidak salah, tetapi tidak memiliki nilai kebenaran sepenuhnya. Dalam hal ini
terlihat presuposisi yang menyatakan adanya Raja Perancis dan ia botak. Situasi
ini terjadi terus-menerus sehingga membuat sebuah konvensi pada masyarakat
bahwa Raja Perancis itu botak. Implikatur yang secara konvensional telah
terbentuk dapat dibatalkan dengan pernyataan “Raja Perancis sekarang tidak
botak”.
Grice menyebutkan bahwa pembicara mengimplikasikan sesuatu
dengan tidak mengatakannya secara benar. Contohnya, Ia seorang berkebangsaan
Inggris. Oleh karena itu, ia pemberani.
E. Daya Tidak Langsung
Tindak tutur dari pemakaian seperti biasanya dari deklaratif
adalah untuk membuat pernyataan, interogatif adalah untuk mencari informasi,
dan dan direktif untuk memerintah.
(11)
Aku ingin kau pergi ke Festival Brokoli dengan aku.
(12)
Dapatkah Anda mencukupkan garam?
(13)
Percayalah padaku ketika aku mengatakan tidak akan pernah lagi mencampur
Glenfiddich dan obat penghilang rasa sakit.
(14)
Katakan padaku bagaimana kamu menyelamatkan Kate Winslett dari katak pohon
raksasa yang makan Pittsburgh.
(15)
Aku ingin kamu mengatakan padaku apa yang terjadi dengan ketiga anakku.
Kalimat (11) secara tata bahasa merupakan kalimat
deklaratif, tetapi biasanya digunakan untuk meminta atau memerintah. Kalimat
(12) adalah kalimat interogatif, namun biasanya tidak digunakan sebagai
pertanyaan mencari informasi, melainkan berisi permintaan. Kalimat (13) dan
(14) merupakan kalimat imperative, namun biasanya digunakan untuk membuat
pernyataan maupun pertanyaan. Sedangkan kalimat (15), meskipun digunakan untuk
menyatakan sesuatu (deklaratif), namun lebih serin digunakan untuk mengajukan
pertanyaan.
Searle (1975) menyarankan adanya pendekatan konservatif
untuk kalimat tidak langsung. Ia berpendapat bahwa kalimat tidak langsung pada
suatu ucapan dapat diprediksi hanya dengan menggunakan prinsip-prinsip umum tindak
tutur. Teori ini digunakan untuk mengetahui bagaimana mekanisme pendukung Grice
pada tuturan.
F. Simpulan
1. Pembicara sering kali menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan makna secara harfiah pada kalimat yang diujarkannya.
2. Grice mengemukakan teori tentang implikatur percakapan yang membahas implikasi dari seperangkat prinsip kerja sama. Akan tetapi, hal ini ditentang oleh Davis.
1. Pembicara sering kali menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan makna secara harfiah pada kalimat yang diujarkannya.
2. Grice mengemukakan teori tentang implikatur percakapan yang membahas implikasi dari seperangkat prinsip kerja sama. Akan tetapi, hal ini ditentang oleh Davis.
3. Penganut Teori Relevansi menolak
gagasan implikatur yang dihasilkan oleh seperangkat maksim percakapan. Mereka
berpendapat bahwa implikatur merupakan produk yang berasal dari pengolahan
kognitif untuk mengefesienkan informasi secara umum.
4. Strawson mengkritik Teori Deskripsi
dari Russel yang membedakan antara presuposisi dengan entailmen. Akan tetapi,
contoh yang jelas dari relasi ini sulit ditemukan.
5. Implikatur konvensional memiliki
pilihan kata yang khusus.
6. Searle mencoba menjelaskan teori Grice tentang implikatur
melalui penggunaan kalimat tidak langsung.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama :Ayu nia maulita
BalasHapusNim: A1B114008
kelompok 1 fonologi
jelaskan apa yang dimaksud dengan implikatur konvensional dan contohnya seperti apa. terimakasih.
contoh: Raja Perancis saat ini botak.
BalasHapussebagian besar rakyat prancis berpendapat bahwa Raja Perancis adalah botak tidak salah, karena setiap raja pasti memiliki tanggung jawab yg besar sehingga ia harus berpikir ekstra dari pada rakyatnya.sehingga hal ini menyebabkan kepala raja menjadi botak
tetapi tidak memiliki nilai kebenaran sepenuhnya bahwa raja prancis itu botak.
Dalam hal ini terlihat presuposisi yang menyatakan adanya Raja Perancis dan ia botak.
Situasi ini terjadi terus-menerus sehingga membuat sebuah konvensi pada masyarakat bahwa Raja Perancis itu botak.
demikian yg dapat saya jawab,terima kasih sudah bertanya.